BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses
menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti halnya semua
makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan berakhir
dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran
kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi
akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan
pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh
proses menjadi tua.
Diabetes
mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas dari
tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang menyerupai
penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut.
Dalam
makalah ini dibahas masalah penyakit diabetes pada usia lanjut beserta asuhan
keperawatannya.
B. Tujuan
- Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada
klien lansia dengan diabetes mellitus.
- Tujuan Khusus
a.
Mengetahui
definisi diabetes mellitus
b.
Mengetahui
etiologi diabetes mellitus
c.
Mengetahui
gambaran klinis diabetes mellitus
d.
Melakukan
pengkajian pada klien dengan diabetes mellitus
e.
Menyusun
intervensi pada klien dengan diabetes mellitus
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini adalah hanya
membahas tentang asuhan keperawatan pada klien lansia dengan Diabetes Mellitus
(DM).
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan suatu
gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang
diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan insulin.
Klasifikasi diabetes mellitus yang
utama adalah tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan tipe II :
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
2. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat
bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi terhadap glukosa juga meningkat,
jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas glukosa darah yang lebih
tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.
Pada NIDDM, intoleransi
glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik yang
berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaaan obat-obatan,
disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin
resisten. Lebih dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan, ditemukan
hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
yang abnormal. Intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan sebagai
diabetes. Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama
pada post reseptor.
Beberapa faktor yang
berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia (Jeffrey) :
1.
Umur
yang berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin.
2.
Umur
yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan
perubahan vaskuler.
3.
Obesitas,
banyak makan.
4.
Aktivitas
fisik yang kurang
5.
Penggunaan
obat yang bermacam-macam.
6.
Keturunan
7.
Keberadaan
penyakit lain, sering menderita stress
3.
Gambaran
Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti
poliuria, polidipsia, polifagia pada DM lansia umumnya tidak ada. Sebaliknya
yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif
kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan
patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari
kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang
sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan
pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai
yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala
akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah
·
Katarak
·
Glaukoma
·
Retinopati
·
Gatal
seluruh badan
·
Pruritus
Vulvae
·
Infeksi
bakteri kulit
·
Infeksi
jamur di kulit
·
Dermatopati
·
Neuropati
perifer
·
Neuropati
viseral
·
Amiotropi
·
Ulkus
Neurotropik
·
Penyakit
ginjal
·
Penyakit
pembuluh darah perifer
·
Penyakit
koroner
·
Penyakit
pembuluh darah otak
·
Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria
tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan
nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus
pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat
terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada
stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan
sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah
tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang
tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan
ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun
dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada
hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak
ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala
dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif
dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan
metabolisme serebral tampak lebih jelas.
4.
Komplikasi
a.
Makroangiopati
(aterosklerosis), mikroangiopati, dan neuropati.
b.
Koma
hiperosmolaritas dimana glukosa darah didapatkan sangat tinggi (>600 mg/dL)
c.
Hipernatremia,
osmolaritas tinggi (>350 m Osm/L)
5. Penatalaksanaan
Menurut
Steven diperkirakan 25 – 50% dari DM lansia dapat dikendalikan dengan baik
hanya dengan diet saja. 3% membutuhkan insulin dan 20 – 45% dapat diobati
dengan oral anti diabetik dan diet saja.
Para
ahli berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lansia adalah tipe II, dan dalam
penatalaksanaannya perlu diperhatikan kasus perkasus, cara hidup pasien,
keadaan gizi dan kesehatannya, adanya penyakit lain yang menyeertai serta
ada/tidaknya komplikasi DM.
Pedoman penatalaksanaan DM lansia
adalah :
a.
Menilai
penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan
keluarganya.
b.
Menghilangkan
gejala-gejala akibat hiperglikemia (quality of life) seperti rasa haus,
sering kencing, lemas, gatal-gatal.
c.
Lebih
bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi (200-220
mg/dl) post prandial dan tidak sampai normal betul karena bahaya terjadinya
hipoglikemia.
d.
Mengendalikan
glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko hipoglikemia.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Adakah
keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
b.
Riwayat
Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa
lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c.
Aktivitas/
Istirahat :
Letih,
Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d.
Sirkulasi
Adakah
riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
e.
Integritas
Ego
Stress,
ansietas
f.
Eliminasi
Perubahan
pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
g.
Makanan
/ Cairan
Anoreksia,
mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
h.
Neurosensori
Pusing,
sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
i.
Nyeri
/ Kenyamanan
Abdomen
tegang, nyeri (sedang / berat)
j.
Pernapasan
Batuk
dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
k.
Keamanan
Kulit
kering, gatal, ulkus kulit
2. Masalah Keperawatan
a.
Resiko
tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
b.
Gangguan
integritas kulit
c.
Resiko
terjadi injury
3. Intervensi
a.
Resiko
tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
masukan oral, anoreksia, mual, nyeri abdomen.
Intervensi :
1)
Timbang
berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
2)
Tentukan
program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien.
3)
Auskultasi
bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan
yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
4)
Berikan
makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera
jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
5)
Libatkan
keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
6)
Observasi
tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
7)
Kolaborasi
melakukan pemeriksaan gula darah.
8)
Kolaborasi
pemberian pengobatan insulin.
9)
Kolaborasi
dengan ahli diet.
b.
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
1)
Kaji
luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi
ganti balut.
2)
Kaji
tanda vital
3)
Kaji
adanya nyeri
4)
Lakukan
perawatan luka
5)
Kolaborasi
pemberian insulin dan medikasi.
6)
Kolaborasi
pemberian antibiotik sesuai indikasi.
c.
Resiko
terjadi injury berhubungan dengan
penurunan fungsi penglihatan
1)
Hindarkan
lantai yang licin.
2)
Gunakan
bed yang rendah.
3)
Orientasikan
klien dengan ruangan.
4)
Bantu
klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
BAB III
KESIMPULAN
Diabetes mellitus
merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat
dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif
kekurangan insulin.
Klasifikasi diabetes mellitus yang
utama adalah tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan tipe II :
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Faktor yang berkaitan dengan penyebab
diabetes mellitus pada lansia adalah Umur yang berkaitan dengan penurunan
fungsi sel pankreas dan sekresi insulin, Umur yang berkaitan dengan resistensi
insulin akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskuler, Obesitas, banyak
makan, Aktivitas fisik yang kurang, Penggunaan obat yang bermacam-macam,
Keturunan, Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress.
Pada DM lansia tidak terjadi poliuria,
polidipsia, akan tetapi keluhan yang sering muncul adalah keluhan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Prinsip
penatalaksanaan DM lansia adalah Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan
memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarganya, Menghilangkan gejala-gejala
akibat hiperglikemia,Lebih bersifat konservatif, Mengendalikan glukosa darah
dan berat badan.